Senin, 18 Mei 2015

ayat tentang harta



TUGAS MAKALAH :

                         AYAT TENTANG HARTA 2 :
SURAT AL-LUQMAN : 20

Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/5/58/Logo_STAIN_Sultan_Qaimuddin.jpg/220px-Logo_STAIN_Sultan_Qaimuddin.jpg

Disusun Oleh :
JUAN JUNARDI
13020103075
Jurusan Syariah Dan Ekonomi Islam / Ekonomi Islam / III / C
Institut Agama Islam Negeri
 ( IAIN )
Sultan Qaimuddin Kendari
2014

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak pembimbing yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

 Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai “AYAT TENTANG HARTA 2 : SURAT AL-LUQMAN : 20 “  Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.


      Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.


Kendari, November 2014


        Penyusun


DAFTAR ISI :





BAB I

PENDAHULUAN

Tafsir surat al-luqman ayat 20 disebut ada 100 nikmat, yang 1 diantaranya diturunkan ke bumi, untuk disebarkan kepada jin, manusia, hewan yang besar, hingga hewan yang sangat kecil seperti
amuba yang tidak bisa dilihat secara kasat mata. Hanya dengan 1 rahmat tersebut kita kerepotan untuk
menghitung semua nikmat yang telah kita terima dan niscaya kita tak akan pernah bisa menghitungnya. Padahal semua nikmat tersebut akan dimintakan pertanggungjawaban. Apakah rezeki kita sebagian kita infakan kepada mereka yang membutuhkan. Dan tak ada yang merugi apabila kita melakukan kegiatan sosial kita. Tidak pernah ada kabar seorang yang pulang dari haji jatuh miskin karena uangnya digunakan untuk membantu kaum miskin sebagai wujud syukur. Keikhlasan adalah kuncinya. Hamba yang senantiasa ikhlas akan semakin dilapangkan hatinya dan dijauhkan dari hal-hal yang membuatnya menderita. Karena pada hakekatnya umat yang pandai bersyukur kepada Allah, adalah umat yang selalu memuliakan hidupnya. Allah menjanjikan akan memberikan nikmat yang lebih besar dari yang diterimanya saat ini. Sisanya, 99 nikmat tersebut akan diberikan hanya kepada hamba Allah, yaitu sebagian kecil dari keseluruhan umat manusia tak lain adalah hambanya yang senantiasa bersyukur pada saat yaumul akhir nanti. Maka ar rahim yang menjadi salah satu sifat Allah begitu mengemuka di bagian ini. Ada 3 golongan manusia akan kondisi ini.Yakni :
1. Orang yang pandai bersyukur
2. Orang yang khufur nikmat.
3. Orang yang diilustrasikan seperti kipas angin, kadang dia melupakan nikmat saat diberi kebahagiaan, disaat lain dia bisa begitu ingat akan nikmatnya saat diberi cobaan.

BAB II
PEMBAHASAN


أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِيْ السَّمَاوَاتِ وَمَا فِيْ الْأَرْضِ وَ أَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِيْ اللهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَ لَا هُدًى وَلاَ كِتَابٍ مُنِيْرٍ[1]

Terjemahan :
“Tidakkah engkau melihat bahwa sesungguhnya Allah  telah menundukkan untuk kamu apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi dan menyempurnakan bagi kamu nikmatnya lahir dan batin. Dan diantara manusia ada yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan atau tanpa petunjuk atau tanpa kitab yang bercahaya. “(QS. Al- Luqman : 20 )
Ayat –ayat kelompok ini bukan lagi nasihat dari luqman. Ia kembali berbicara tentang keesaan dan kekuatan allah yang merupakan uraian terakhir sebelum memasuki uraian tentang nasihat luqman. Anda ingat pada ayat 10 dan 11 yang lalu allah menguraikan kuasanya menciptakan langit tanpa tiang, meletakan di bumi tiang-tiang , mengembangbiakan segala jenis binatang dan menurunkan air dari langit lalu menumbuhkan aneka tumbuhan. Itulah ciptaan Allah .Sedang, berhala-berhala dan siapa pun yang diperuntukkan tidak mampu mencipta. Nah, ayat diatas melanjutkan uraian itu. Kendati demikian, ayat ini masih juga dapat dinilai berhubungan dengan nasihat Luqman as. Beliau menasihati anaknya agar beribadah , tunduk dan patuh kepada Allah , karena semua akan kembali kepadanya. Dia mengetahui segala sesuatu , maha kuasa atas segala sesuatu,. Segala nikmat yang terhampar bersumber darinya, karena itu, seorang tidak boleh angkuh dan sombong, tidak juga menyebut kelebihan-kelebihan yang diperolehnya, karena Allah dapat mencabut darinya dan memberi kepada siapa yang ia hina dan lecehkan.  Dari sini, ayat diatas berlanjut menyatakan tidaklah engkau, wahai Nabi Muhammad atau siapa saja, melihat dan memerintahkan sesungguuhnya Allah telah menundukkan untuk kepentingan kamu apa yang ada dilangit , seperti matahari, udara, bulan, bintang-binatang, angin dan sebagainya, dan menundukkan juga untuk kemaslahatan kamu apa yang ada dibumi, seperti gunung-gunung, tumbuh-tumbuhan, laut, dan sungai serta segala isinya. Dan, disamping itu. Dia menyempurnakan serta menganugerahkan secara luas bagi kamu nikmatnya yang lahir, seperti kesehatan dan kelengkapan anggota tubuh, harta benda, kedudukan dan keturunan, dan juga nikmatyang batin, seperti ketenangan batin dan kedamaian, optimisme, akal, emosi dan lain-lain. Dia yang menundukkan dan menganugerahkan kepada kamu semua itu berkuasa juga mencabut semua atau sebagian dari nikmat-nikmat itu. Karena itu, janganlah angkuh, jangan juga berbangga melampaui batas, apalagi mempersekutukan allah dan memyembah selainnya.
Penundukan dan penganugerahan nikmat-nikmat itu demikian jelas, namun manusia berbeda-beda dalam meyambutnya. Ada diantara kamu yang patuh kepada Allah serta mengakui keesaannya serta mensyukuri nikmat itu. Dan diantara manusia ada yang membantah tentang keesaan, agama, dan tuntunan Allah dengan bantahan tanpa dasar ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari siapapun yang memiliki otoritas, baik secara langsung maupun tertulis. Bahkan, dia membantah setelah ilmu membuktikan kebathilan pandangannya atau membantah tanpa berdasar petunjuk yakni hasil pengembangan nalar atau jiwanya yang suci dan objektif atau tanpa kitab yang bercahaya, yakni  keterangan kitab suci yang dapat dijadikan pelita hidup serta paenerangan kepada kebenaran.
Kata ( ( سخر  sakhhara berarti menundukkan sesuatu sehingga melakukan apa yang dikehendaki ooleh yang menundukannya. Persis seperti pena yang ditundukkan oleh penulis. Ia akan akan menulis sesuai kehendak penulisnya. Yang menundukkan alam adalah Allah swt. Penundukannya untuk manusia. Allah menundukkan dengan menciptakan hukum-hukum alam, lalu manusia diilhaminya dengan pengetahuan sehingga mampu menggunakan hukum-hukum alam dapat melakukan apa yang dikehendaki manusia atas izin Allah swt. Selanjutnya, karena penundukan Allah itu dimaksudkannya untuk kepentigan manusia. Allah memberikan kewenangan dan kemampuan untuk mengelola alam raya. Dia yang melakukan itu memerintahkan manusia utnk mengelolanya sesuai “konsep” yang dikehendakinya. Namun, dalam saat yang sama. Konsep itu merupakan ujian buat manusia. Dia dapat melaksankannya atau untuk itu dia mendapatkan ganjaran atau mengabaikannya dan ini mengakibatkan kesengsaraaan paling tidak diakhirat nanti. Jadi, sekali lagi, yang menundukan adalah Allah bukan manusia.
Kata( أسبغ  (asbagha terambil dari kata sabaga yang pada mulanya berarti sempurna dan luas . yang dimaksud disini adalah nikmat-nikmat yang pada hakikatnya sangat luas mencukupi, bahkan melimpah, melebihi apa yang dibutuhkan  manusia. Jika mereka mau menggunakannya secara adil dan benar. Memang,  boleh jadi kini terasa bahwa nikmat Allah terbatas, tetapi, sebab utamanya adalah kepincangan distribusinya serta penggunaannya secara tidak benar.

A.     Tanda-tanda orang yang kufur nikmat


وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungkannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni`mat Allah). (Ibrahim : 34)[2]
Tanda-tanda orang yang tidak mensyukuri nikmat dan kufur nikmat, menurut Imam al-Ghazali, tidak cukup dilihat dari keengganannya mengucapkan "Alhamdulillah" . Tetapi juga kerana menggunakan kenikmatan pada jalan yang tidak diridhai Allah. Kenikmatan fikiran yang sihat, contohnya, banyak digunakan oleh orang yang kufur nikmat untuk memikirkan hal-hal yang tidak diridhai Allah.
Sikap yang demikian jauh dari kehendak Allah, karena fikiran yang sehat dan cerdas yang dikurniakan oleh Allah sepatutnya digunakan untuk mengingat Allah dan membantu kita dalam melakukan ibadah dan amal soleh. Bukan digunakan untuk menghalangi kita dari Islam dan untuk menghancurkan Islam.

kufur secara bahasa berarti menutupi. Sedangkan menurut syara’ kufur adalah tidak beriman kepada Allah dan Rasulnya, baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya. Jika  maksud Kufur Nikmat ialah tidak menggunakan nikmat Allah S.W.T pada jalan yang benar. Dengan kata lain, menggunakan nikmat yang diberikan pada jalan yang dibenciNya.

Ketika menafsirkan QS. Ibrahim(14) :34 yang menegaka bahwa “ Allah menganugerahkan kepada kamu semua yang kamu minta”. Penulis antara lain bahwa Allah swt., telah menyiapkan dan memberikan kepada setiap orang apa yang dimintanya, baik melalui usahanya yang disukseskan Allah maupun melalui perintahnya kepada yang memiliki kelebihan untuk memberikan sebagian dari kelebihan yang dimilikinya kepada yang butuh. Memang,  apabila semua yang memiliki kelebihan bersedia mengeluarkan zakat dan sedekah yang diperintahkan allah, niscaya akan terpenuhi semua semua permintaan-permintaan hamba-hambanya. Disisi lain, boleh jadi kekurangan yang dialami atau dirasakan seseorang penyebabnya adalah seperti yang diisyaratkan oleh penutup ayat surat Ibrahim ini, yaitu bahwa manusia dzalum atau kafir. Kata dzalum/sangat berbuat dzalim antara lain berani menzalimi dan menghalangi  orang lain memperoleh haknya, atau mengambil atau melebihi dari yang seharusnya dia ambil., atau bersifat mubazir, menyiakan sesuatu dan tidak menggunakanya pada tempat yang semestinya. Segelas air cukup untuk menghilangkan dahaga. Tetapi, bila mengambilnya lebih dari segelas, sisanya tidak diminum dan dibuang dapat menjadikan manusia atau binatang yang membutuhkan nya akan kehausan. Bayangkanlah berapa banyak sisa makanan orang-orang kaya yang terbuang di bak sampah padahal sekian banyak pula manusia yang kelaparan. Tanyakanlah berapa persen dari anggaran negara maju yang digunakan untuk memproduksi senjata, padahal jika hal tersebut jika digunakan untuk membantu Negara miskin , niscaya sekian banyak penderitaan dan kemiskikinan dapat tertanggulangi. Demikian sedemikian makna dari makna dzalum. Disisi lain, berapa banyak nuikmat Allah yang masih terpendam di perut bumi, bahkan dialam raya, yang pada digali dan ditampakkan!.
Huruf wawu pada firmannya  ( و من الناس   (wa minan nasi dan diantara manusia dipahami oleh Ibn Asyur dalam arti daalm keadaan. Makna penggalan ayat ini menurutnya adalah : kamu telah melihat Allah menundukkan apa yang dilangit buat kamu dan melimpahkan aneka nikmat yang sempurna dalam keadaan sebagian dari kamu membantah tentang keesannya dan menutup mata  menyangkut bukti-bukti keesaaan itu. Sedang,  huruf yang sama pada kalimat (wala hudan wala kitabim munirin dalam arti atau. Ini karena yang dituntun, paling tidak adalah salah satu dari 3 hal yang disebut diatas itu, bukan ketiganya sekaligus.
Kata(    (علمilm dipahami Ibn Asyur dalam arti upaya menuntut ilmu dan berijtihad. Kata hudan adalah perolehan pengetahuan melalui  guru. Sedang, kitab adalah membaca buku yang bermanfaaat. Tabthai’ menjadikan yang pertama berarti apa yang diperoleh dari usah mendapatkan argument aqliyah, sedang hudan adalah apa yang dianugerahkan Allah melalui wahyu atau ilham, dan kitab adalah kitab-kitab samawi yang diturunkan Allah swt kepada para nabinya.

B.     Bersyukurlah pada Allah

Asy Syaukani berkata, “Bersyukur pada Allah adalah memuji-Nya sebagai balasan atas nikmat yang diberikan dengan cara melakukan ketaatan pada-Nya” (Fathul Qodir, 5: 487). Para ulama menjelaskan bahwa seseorang dinamakan bersyukur ketika ia memenuhi 3 rukun syukur:
1.      mengakui nikmat tersebut secara batin (dalam hati),
2.      membicarakan nikmat tersebut secara zhohir (dalam lisan), dan
3.      menggunakan nikmat tersebut pada tempat-tempat yang diridhoi Allah (dengan anggota badan). Ibnu Taimiyah menyatakan, “Syukur haruslah dijalani dengan mengakui nikmat dalam hati, dalam lisan dan menggunakan nikmat tersebut dalam anggota badan.” (Majmu’ Al Fatawa, 11: 135)[3]
Yang diperintahkan pada Lukman adalah untuk bersyukur pada Allah. Syukur ini diperintahkan sebagai anugerah hikmah dan kemuliaan dari Allah yang diperuntukkan padanya. Di mana hikmah ini teristimewa untuknya dibanding orang yang sejenis dengannya dan orang berada di zamannya. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 52).
Lalu Allah berfirman,
وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ
“Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri”.
Ibnu Katsir berkata, “Barangsiapa yang bersyukur, maka manfaat dan pahalanya akan kembali pada dirinya sendiri. Sebagaimana Allah Ta’ala juga berfirman,
وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِأَنْفُسِهِمْ يَمْهَدُونَ
“Dan barangsiapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan).” (QS. Ar Rum: 44). (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 52).
Sebaliknya barangsiapa yang mengingkari nikmat atau enggan bersyukur,

وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
“dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. Lukman: 12). Artinya, Allah itu Maha Kaya, tidak butuh pada hamba. Jika hamba tidak bersyukur, itu pun tidak membuat Allah terluka. Jika seluruh penduduk di muka bumi kufur, maka Allah tidak bergantung pada yang lainnya. Laa ilaha illallah, tidak ada yang berhak disembah selain Allah (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 52). Yahya bin Salam berkata, “Allah itu Maha Kaya, tidak butuh pada selain Dia. Allah pun Maha Terpuji dalam segala perbuatan-Nya.” (Fathul Qodir, 5: 487).
Dalam hadits qudsi ditunjukkan bahwa Allah tidak butuh pada rasa syukur seorang hamba dan jika mereka tidak bersyukur, itu pun tidaklah mengurangi kekuasaan Allah.

يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا
“Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa di antara kalian, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga.” (HR. Muslim no. 2577).
Ayat dari surat Lukman di atas mengajarkan kepada kita untuk bersyukur atas berbagai macam nikmat, lebih-lebih lagi dengan nikmat yang begitu besar yang Allah anugerahkan. Kepahaman terhadap agama adalah suatu nikmat yang besar dan begitu berharga. Kepahaman terhadap diinul Islam pun termasuk hikmah. Jika kita diberikan anugerah ilmu oleh Allah, rajin-rajinlah untuk selalu bersyukur pada-Nya.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".” (QS. Ibrahim: 7). Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Barangsiapa bersyukur pada Allah atas berbagai macam nikmat yang dianugerahkan, Allah akan menjadikannya semakin taat.” Maqotil berkata, “Barangsiapa yang mengesakan Allah dalam syukur, maka Allah akan memberikan baginya kebaikan di dunia.” (Lihat Zaadul Masiir, 4: 347).
Begitu pula terhadap nikmat yang terlihat kecil dan sepele, syukurilah. Jika nikmat kecil saja tidak bisa disyukuri, bagaimana lagi dengan nikmat yang besar.

مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4: 278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667)[4]






BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan

Kata ( ( سخر  sakhhara berarti menundukkan sesuatu sehingga melakukan apa yang dikehendaki ooleh yang menundukannya.
Kata( أسبغ  (asbagha terambil dari kata sabaga yang pada mulanya berarti sempurna dan luas . yang dimaksud disini adalah nikmat-nikmat yang pada hakikatnya sangat luas mencukupi, bahkan melimpah, melebihi apa yang dibutuhkan  manusia. Jika mereka mau menggunakannya secara adil dan benar. Memang,  boleh jadi kini terasa bahwa nikmat Allah terbatas, tetapi, sebab utamanya adalah kepincangan distribusinya serta penggunaannya secara tidak benar.
Huruf wawu pada firmannya  ( و من الناس   (wa minan nasi dan diantara manusia dipahami oleh Ibn Asyur dalam arti daalm keadaan.
Kata(    (علمilm dipahami Ibn Asyur dalam arti upaya menuntut ilmu dan berijtihad.
Para ulama menjelaskan bahwa seseorang dinamakan bersyukur ketika ia memenuhi 3 rukun syukur: (1)  mengakui nikmat tersebut secara batin (dalam hati), (2) membicarakan nikmat tersebut secara zhohir (dalam lisan), dan (3) menggunakan nikmat tersebut pada tempat-tempat yang diridhoi Allah (dengan anggota badan).
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".” (QS. Ibrahim: 7).

DAFTAR PUSTAKA



 

[Online] / pengar. Nurullina Adzkia. - http://www.Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat.Rumasyo.com.
Tafsir Al- Azhar [Buku] / pengar. HAMKA Prof. DR.. - Singapura  : Pustaka Nasional PTE LTD Singapura.
Tafsir Al- Marugi [Buku] / pengar. Marugi Ahmad Mustafa al-. - Semarang  : CV. Toha Putra Semarang .
Tafsir Al- Misbah : Pesan, Kesan Dan Keserasian Al- Qur'an [Buku] / pengar. Shihab M. Quraish. - Jakarta : Lentera Hati, 2002.







[1] (Shihab, 2002)
[2] (HAMKA)
[3] (Marugi)
[4] (Nurullina)

1 komentar:

  1. Harrah's Cherokee Casino Resort - Mapyro
    Harrah's Cherokee Casino Resort is located in 남양주 출장안마 Murphy, North Carolina. The casino offers table 파주 출장샵 games, poker, live entertainment, and is open daily  Rating: 3.7 · ‎2,639 reviews 순천 출장샵 · ‎Price 강릉 출장샵 range: $ (Based on Average Nightly Rates for a Standard Room from our Partners)Which popular 순천 출장안마 attractions are close to Harrah's Cherokee Casino Resort?What are some of the property amenities at Harrah's Cherokee Casino Resort?

    BalasHapus